Mengeksplorasi Belantara Kehidupan Setelah Sekolah

Oleh Melissa Tuanakotta

Kehidupan setelah SMA kerap menjadi sebuah persimpangan bagi sebagian remaja. Entah ingin melanjutkan belajar ke perguruan tinggi atau ingin bereksplorasi untuk menemukan pengalaman dan ilmu baru di luar dunia akademik. Sebagai remaja yang telah masuk ke dalam tahap dewasa muda, para lulusan SMA ini harus bisa menentukan ke arah mana mereka harus melangkah. Dengan catatan, keputusan sudah didiskusikan dengan pihak keluarga, terencana dan bisa dipertanggungjawabkan.

Hal tersebut juga berlaku bagi lulusan Kelompok Petualang Belajar (KPB) Semipalar. Setiap individu bebas menentukan pilihan, ke mana mereka akan melangkah setelah lulus sekolah. Yang penting, segala keputusan yang diambil setidaknya mampu membuat mereka menjadi sosok pembelajar yang mandiri, adaptif, dan bermanfaat. Rico dan Gio adalah alumni KPB yang cukup berani mengambil keputusan untuk mengeksplorasi belantara kehidupan setelah tamat sekolah. Pada Forum Petualangan Belajar (FPB) yang kedua (16/2), alumni KPB angkatan pertama ini berbagi cerita tentang ekplorasi yang mereka lakukan hingga saat ini dan di kemudian hari. 

Usaha Menemukan Minat

Rico mulai membuat keputusan untuk bereksplorasi sejak di kelas tiga. Saat itu Rico merasa sudah tidak ada yang bisa dipelajari lagi di KPB dan memiliki banyak pertanyaan terkait kehidupan. Maka keputusan untuk mengeksplorasi pun dimulai. Pada awalnya Rico tidak tahu harus berbuat apa. Dia merasa ketika semua orang sudah melangkah pasti sementara dia hanya jalan di tempat. Pikiran berkelana namun raga menetap. Apa yang dirasa? Jenuh.

“Akhirnya aku pun melakukan introspeksi diri dan menyadari bahwa selama di KPB aku belum terlalu mengeksplor diri aku sendiri. Ternyata aku itu sukanya filosofi, politik, sains, sosial dan ekonomi,” kata Rico.

Berawal dari mengenali diri sendiri dan mengetahui apa yang disukai, Rico pun mulai menentukan ke mana dia harus melangkah. Salah satunya adalah dengan mengikuti kursus daring dari beberapa universitas pilihan dari seluruh dunia. Hal ini cukup menarik baginya karena kursusnya virtual, dosen yang mengajarkannya pun virtual.

“Jadi lumayan, secara teknis aku udah kursus di Yale, Brixton, Leiden, Utrecht,” kisah Rico.

Selain mengikuti kursus daring, Rico juga aktif berkegiatan di berbagai organisasi dan komunitas yang bisa mewadahi minatnya. Dia juga sudah mulai mencoba untuk menyentuh dunia politik dengan mengikuti program untuk pemuda dari salah satu partai politik.

Dari jeda dan eksplorasi yang dilakukannya, Rico pun semakin mantap untuk menentukan langkahnya. Rico memiliki visi untuk kuliah melanjutkan studinya di perguruan tinggi.

“Ada salah satu universitas di Belanda yang bidang studinya sesuai banget dengan minat aku, sekarang aku lagi coba untuk bisa apply ke sana,” jelasnya.

Jangan bingung kalau belum mengetahui minat kalian, bisa jadi kalian memang belum mengeksplorasi diri terkait minat kalian. –Rico –

Belajar di Luar Zona Nyaman

Setiap orang memiliki cara untuk mengeksplorasi diri. Berbeda dengan Rico, Gio mengeksplorasi diri dengan memutuskan keluar dari zona nyamannya di Bandung, kemudian tinggal di Jogjakarta seorang diri selama satu tahun.

“Pertama kali aku ke Jogja itu yang aku kerjakan hanya ngopi, nongkrong, belajar bersama kelompok pergerakan kiri, menjadi relawan beberapa kegiatan, ikut Kelas Pagi Jogjakarta, bikin pameran foto, kerja menjadi fotografer freelance, magang,” kisahnya.

Bukan hanya sekedar keluar dari zona nyaman, Gio memilih hidup di Jogjakarta karena memiliki berbagai tujuan. Seperti pengin “keluar” dari rumah kemudian membangun jaringan, membangun kemampuan diri, mempelajari diri sendiri, menantang diri dan mencoba hal baru.

“Aku sedari kecil ada di sini (Semipalar,-red.). Lingkungan di sini cukup membentuk aku, sehingga aku itu merasa nyaman banget di sini, sehingga aku merasa susah untuk keluar. Pada awalnya aku enggak tahu mau ngapain, walaupun sudah ada niat untuk ke Jogjakarta, tapi menurut aku itu serem banget. Di sana aku enggak punya kenalan dan jaraknya cukup jauh. Tapi akhirnya aku mewujudkan niat aku.”

Gio merasa begitu banyak yang dia pelajari selama di Jogja. Selain berusaha untuk mengenal identitas dan karakter diri, Gio juga mencoba untuk bekerja menjadi relawan, bekerja sama, berkomunitas, membuat pameran, dan membuat karya. Alumni KPB angkatan pertama ini juga belajar untuk bisa menjadi nyaman di tempat baru dan di lingkaran sosial baru

“Dalam pergaulan aku belajar untuk mengenal batasan diri. Aku pun menjadi berani mengambil keputusan dan menjalankan pilihan. Ketika membuat keputusan semuanya atas dasar keputusan dan pilihan aku sendiri. Aku merasa penasaran, tapi aku harus punya batasan diri.”

Lantas apa langkah selanjutnya?

                “Ada dua option. Option pertama untuk satu tahun ke depan aku mungkin akan membantu usaha papaku di Bandung, observasi di semi palar untuk melihat sistem pembelajaran yang membentuk aku, melanjutkan proyek buku foto aku. Option kedua aku akan berangkat ke Makassar, melihat sudut pandang dan pemikiran yang non jawa sentris, sambil belajar dan mendalami sastra Indonesia,” papar Gio.

Ya, Gio memang sudah memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Tapi bukan berarti dia berdiam diri. Dia tetap menetapkan tujuan sambil terus mencoba untuk mengeksplorasi diri dan belajar dari lingkungan yang lebih luas. Memang, tidak ada kata cukup untuk mengeksplorasi belantara kehidupan setelah sekolah. 

Ketika mengeksplorasi diri dengan keluar dari zona nyaman kamu akan menemukan identitas baru. Bertemu dengan orang banyak akan membuatmu merefleksikan diri hingga pada akhirnya akan menemukan sisi lain dari diri kamu. –Gio –

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: